Kelompok


Sebuah pepatah di Italia mengatakan “orang tak akan pernah sendiri, bahkan di surga sekalipun”. Hingga saat ini orang-orang masih meyakini bahwa manusia tak dapat hidup sendiri. Orang akan berkumpul, dan membentuk kelompok. Seorang pemuda akan mencari pasangannya untuk kemudian menikah, berkeluarga, dan membentuk kelompoknya. Pemuda itu bahkan kemudian menambahkan nama belakangnya pada nama belakang anak-anaknya, agar kelak ia dapat membangun kelompok nya sendiri.

Seorang pemuda “jomblo” sering dikabarkan tertekan, putus asa, dan tersiksa batinnya karena khawatir tak mampu ‘berkelompok’. Shiraev & Levy (Shirev & Levy, 2012) berpendapat bahwa manusia tak dapat hidup sendiri, dan terisolasi. Orang-orang akan bergabung dengan kelompok-kelompok, dengan cara sukarela ataupun terpaksa; disengaja atupun tidak sengaja.

Menurut Mulyana (Mulyana, 2009: 82), kelompok adalah sekumpulan orang yang mempunyai tujuan bersama, yang berinteraksi satu sama lain untuk mencapai tujuan bersama (adanya saling kebergantungan), mengenal satu sama lainnya, dan memandang mereka sebagai bagain dari kelompok tersebut, meskipun setiap anggota boleh jadi punya peran berbeda. Dengan demikian, maka yang dimaksud dengan komunikasi kelompok adalah komunikasi yang dilakukan oleh sekumpulan orang-orang yang saling mengenal dan sadar untuk berinteraksi dalam perannya masing-masing demi mencapai tujuan bersama.

Dalam upaya memahami realitas kelompok, para ilmuwan membuat kategori-kategori kelompok. Salah satu kategori yang dapat memudahkan kita untuk memahami kelompok adalah kategori kelompok primer dan kelompok sekunder (Rakhmat, 2009:142). Kelompok Primer merujuk pada kelompok yang terbangun dengan alasan emosional. Karakteristik kelompok primer bersifat dalam dan meluas; bersifat personal; menekankan aspek hubungan daripada aspek isi; ekspresif; dan informal. Contoh kelompok primer adalah keluarga, dimana kebersatuan yang terjadi lebih dekat, akrab, dan melibatkan rasa memiliki terhadap kelompok mereka.

Sementara itu karakteristik kelompok sekunder kualitas komunikasi bersifat dangkal dan terbatas; bersifat impersonal; menekankan aspek isi; instrumental; dan formal. Contoh kelompok sekunder misalnya Persatuan Istri Anggota DPR. Dimana anggota kelompoknya cenderung tidak terlalu melibakan emosi, formal, dan dangkal.


Leave a Reply