Motivasi


Motivasi merupakan salah satu isu yang populer dalam kajian tentang organisasi. Hal terasebut karena menyangkut alasan-alasan seseorang berperilaku dan bertindak dalam organisasi. Alasan tersebut menjadi penting untuk organisasi, agar mereka dapat memprediksi, bahkan memberikan stimuli-stimuli tertentu agar orang-orang yang terlibat dalam organisasi melakukan perilaku dan tindakan yang mendukung tercapainya tujuan organisasi.

Stimuli yang paling sering dilakukan agar anggota organisasi mau melakukan kegiatan yang mendukung tercapainya tujuan organisasi adalah pemberian ‘upah’ atau sistem ganjaran. Seorang pegawai perusahaan akan lebih giat bekerja bila ia mendapat upah yang dianggap pantas untuk dirinya. Bahkan kadangkala, seorang mahasiwa yang menjadi panitia sebuah acara di kampusnya pun harus mendapatkan kejelasan ‘upah’ yang akan dia dapatkan bila ia harus menjadi panitia (dalam situasi tersebut sering dipandang tidak patut). Lantas, apakah motivasi itu?

Mendefinisikan motivasi sama dengan mendefinisikan psikologi, karena berkaitan dengan kondisi non-fisik yang membuat seseorang berperilaku tertentu. Bahkan lebih jauh dari itu, motivasi mencoba menjawab pertanyaan “kenapa orang berfikiran demikian?”. Misalnya, kenapa mahasiswa itu berfikir bahwa klub sepakbola Arsenal harus ia dukung?. Bahkan membuat ia harus menabung bertahun-tahun demi untuk dapat berkunjung ke markas klub sepakbola tersebut di Inggris.

Istilah motivasi berasal dari bahasa latin movere, atau move. Secara umum, motivasi mengacu pada proses-proses yang terlibat dalam inisiasi, pengarahan, dan energisasi perilaku individu. Jadi, motif merupakan penyebab khusus yang memberi energi, mengarahkan, dan mempertahankan perilaku seseorang. Misalnya seseorang yang lapar, akan mendorong orang mencari makanan untuk dimakan; orang yang ingin kaya akan mendorong orang untuk mencapatkan harta.

Upaya untuk menjelaskan motif dilakukan dengan berbagai pendekatan, antara lain: pendekatan behavioristik, kognitif, psikodinamika, humanistik, sosial konstruksionis, hingga evolusioner (Gross, 2012:167). Perbedaan pendekatan tersebut berimplikasi terhadap perbedaan fokus pengkajian, misalnya pendekatan behavioristik menekankan pada pola penguatan yang hadir dalam lingkungan, yang dapat mengakibatkan perilaku tertentu. Artinya memandang motivasi lahir dari lingkungan. Sementara itu, seorang biopsikolog memandang motivasi merupakan peristiwa yang terjadi dalam tubuh, yang terjadi dalam CNS[1], ANS[2], dan sistem endokrin, atau interaksi di antara sistem-sistem yang berbeda.

Studi awal tentang motif berakar dari filsafat. Rasionalis melihat manusia bebas memilih diantara berbagai tindakan. Dalam hal ini, konsep motivasi menjadi tiada. Karena manusia sendiri yang menentukan setiap perilakunya. Pandangan rasionalis tersebut menjadi dasar psikologi humanistik dan psikologi kognitif. Pandangan lainnya adalah hedonisme¸ sebuah paham yang memandang bahwa perilaku tertentu ditentukan oleh keinginan untuk mencari kesenangan dan menghindari sakit. Pandangan lainnya yang dapat dianggap sebagai bagian dari keragaman pemikiran tentang motivasi adalah pandangan mekanistik. Dalam pandangan mekanistik, perilaku manusia dipandang sebagai sebuah mesin. Sehingga perilaku terjadi akibat drive, sebuah kekuatan yang membuatnya “berjalan”.

[1] CNS (Central Nervous System),

[2] ANS (Autonomic Nervous System)


Leave a Reply