Model


Menurut Deutsch (1951) dalam Severin & Tankard, model adalah struktur simbol dan aturan kerja yang diharapkan selaras dengan serangkaian poin yang relevan dalam struktur atau proses yang ada ².

Sedangkan Peter Hartley menyatakan bahwa “A model is quite simply a scaled-down representation of some thing or event”  ³.

 

Aubrey fisher menyatakan bahwa model pada dasarnya adalah analogi yang mengabstrakkan dan memilih bagian dari keseluruhan, unsur, sifat atau komponen yang penting dari fenomena yang dijadikan model ⁴. Fisher juga menyimpulkan bahwa model merupakan teori yang disederhanakan⁴.

 

‘Sebuah’ peristiwa komunikasi yang terjadi, hampir selalu menjadi peristiwa yang rumit untuk dapat dijelaskan. Kerumitan peristiwa komunikasi yang terjadi, hampir selalu tidak mungkin dapat dijelaskan secara lengkap dan menyeluruh, dengan menyajikan seluruh komponen-komponen atau unsur-unsur yang terlibat, mempengaruhi, atau dipengaruhi dalam peristiwa tersebut dengan menggunakan perangkat simbol. Dalam mengkaji sebuah peristiwa komunikasi, pakar (atau mahasiswa) komunikasi dituntut (atau membutuhkan) untuk dapat menjelaskan kembali dalam sebuah/seperangkat simbol yang lebih sederhana, dimana seperangkat simbol tersebut mampu menjelaskan peristiwa komunikasi yang tengah ditelaah/dikaji. Dengan mengambil hanya komponen-komponen atau unsur-unsur terpenting, pakar (atau mahasiswa) komunikasi dapat menyajikan kembali ‘sebuah’ peristiwa komunikasi yang tengah dikaji kedalam bentuk yang sederhana dan ‘mudah’ dimengerti yang disebut model.

Penggunaan model sebagai alat dalam pengkajian ilmu komunikasi dapat memberikan dampak positif dan negatif. Dampak positif yang didapat dalam penggunaan model salah satunya adalah memudahkan pakar (atau mahasiswa) komunikasi dalam mengkaji sebuah peristiwa atau fenomena komunikasi yang terjadi, dan ‘menyampaikannya’ kepada orang lain. Namun, penggunaan model yang kurang hati-hati dapat memberikan pemahaman yang berbeda atas sebuah peristiwa komunikasi yang terjadi. Dalam memahami sebuah model, hendaknya diperhatikan esensi, asumsi, bahkan bila perlu kronologis ‘kelahiran’ model tersebut untuk dapat memahami makna yang terkandung sesuai (mendekati) makna yang ‘dimiliki’ pembuat model tersebut.

Model-model komunikasi sering di sajikan dalam bentuk kalimat, serangkaian blok, lingkaran, spiral atau bentuk lainnya untuk diapat ‘mewakili’ komponen-komponen yang terlibat dalam sebuah peristiwa komunikasi. Salah satu contohnya adalah model Westley-MacLean (1957) dalam Saverin & Tankard.⁷

model

“pesan yang ditransmisikan C ke B (X”) merupakan hasil pilihan dari kedua pesan yang diterima atas pilihan A (X’) dan C dari abstraksi X dalam medan sensorinya sendiri (X3C, X4), yang belum tentu merupakan X dalam medan A. Umpan balik tidak anya bergerak dari B ke A (fBA) dan dari B ke C (fBC) tapi juga dari C ke A (fCA). Jelasnya, dalam situasi komunikasi massa, banyak C menerima dari banyak A dan mentransmisikannya pada lebih banyak lagi B, yang bersamaan itu pula  menerima dari C lainnya”.

Bila merujuk pada pengertian model menurut Peter Hartley, sebuah model haruslah sederhana. Memang, ‘sederhana’ dapat dipersepsikan atau dikonstruksikan berbeda, namun kadang kala bila melihat contoh model dari Westley-Malean diatas, masih terlalu rumit untuk dapat dikatakan ‘sederhana’. Berbeda dengan model S ↔ R yang begitu sederhana. Semakin sederhana sebuah model, semakin mudah pula kita memahaminya. Namun semakin sederhana, cenderung semakin banyak komponen yang tidak ‘terwakili’. Terlepas dari dualisme tersebut, model tetaplah ‘model’, yang hanya ‘mewakili’ dari sebuah peristiwa, bukan peristiwa itu sendiri. Adakalanya kita tidak dapat menilai baik atau buruk sebuah model hanya dengan melihat tingkat kesederhanaannya, kita dapat menilai sebuah model berdasarkan fungsi dan manfaatnya.


Leave a Reply