Retorika


Berbicara tentang komunikasi publik, kita hendaknya memahami retorika. Walaupun bukan kegiatan komunikasi publik pertamakali di semesta ini, namun setidaknya retorika menjadi kajian yang terdokumentasikan dan dapat dipelajari oleh para pembelajar formal hingga saat ini.

Rhetorika atau retorika bertolak dari pemikiran tentang manusia, bahwa manusia dapat menggunkana “anggapan umum”, sehingga ada sesuatu yang dianggap benar secara umum. Manusia memiliki quasi-statistical sense (meminjam istilah Elizabeth N. Neumann), bahwa manusia dianggap memiliki indera semi statistik yang mampu menghitung jumlah pendukung opini, atau anggapan yang dianggap benar oleh sekelompok masyarakat.

Banyak orang yang turut berpendapat tentang retorika, misalnya Sokrates berpandangan bahwa retorika haruslah digunakan untuk kebenaran. Maka untuk mendapat kebenaran tersebut hendaknya mengikuti jalan deduksi (Susanto, 1975). Jalan deduksi tersebut dapat ditempuh dengan metode dialog. Lalu salah satu murid Sokrates, bernama Plato, berpandangan bahwa retorika dapat dimanfaatkan untuk metode pendidikan, alat memperoleh kedudukan dan kekuasaan, serta alat untuk mempengaruhi rakyat. Manfaat ketiga dari retorika yang dikemukakan Plato, yang kemudian akan kita bahas lebih lanjut. Karena memandang retorika sebagai sarana mempengaruhi masyarakat, yang artinya retorika mampu mengubah pengetahuan, sikap, bahkan perilaku manusia.


Leave a Reply